Lahan-lahan persawahan dan pertambakan biasanya berdampingan pada suatu wilayah banyak ditemukan di kawasan pesisir termasuk di Sulawesi Selatan, sehingga sering mengalami benturan kepentingan bagi peruntuknya, karena sawah membutuhkan suplai air tawar sedangkan tambak membutuhkan ketersediaan air laut. Persawahan yang biasanya ditumbuhi tanaman padi akan tumbuh dengan baik kalau kondisi tanahnya sesuai bagi pertumbuhan benih padi. Pada kondisi tertentu lahan persawahan yang berbatasan dengan lahan pertambakan akan terdampak dengan adanya intrusi air laut sehingga terjadi kondisi salin pada lahan persawahan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan kondisi tak normal bagi padi karena kondisi salin, sehingga lahan tersebut menjadi terlantar bahkan ditinggalkan pemiliknya dan terancam jadi alih fungsi lahan yang berakibat bagi ancaman keterbatasan produksi pangan, maka perlu upaya pemanfaatan lahan terlantar tersebut dengan sentuhan teknologi budidaya yang inovatif berupa kegiatan budidaya dengan memanfaatkan komoditas yang biasa tumbuh pada lahan-lahan tersebut.
Menindaklanjuti upaya pemanfaatan lahan terlantar tersebut, pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Tahun 2018 telah menginisiasi kegiatan budidaya padi yang dipadu dengan budidasya udang dalam program Inovasi Teknologi Adaptif Perikanan Minapadi Air Payau (INTAN-AP). Program INTAN-AP dimaksudkan untuk mengoptimalkan fungsi lahan yang terintrusi air laut dibeberapa lokasi khususnya di Sulawesi Selatan.
Penulis : Sahabuddin ( 1), Early Septiningsih ( 1) , Hidayat S Suwoyo ( 1) , Agus Nawang ( 1) , Agus Cahyadi (2)
(1) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan, (2) Pusat Riset Perikanan, Ancol Timur Jakarta Utara
Sumber : http://journal.unhas.ac.id/index.php/jai2/article/view/9568/0