Partisipasi BRPBAP3 Maros Di Aksi “ Kampanyekan Lindungi Laut dari Plastik” World Oceans Day 2017

593

Barru_ (8/6/17) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) akan kampanyekan “Lindungi Laut dari Plastik” dalam peringatan World Oceans Day 2017.

Kegiatan di laksanakan oleh 38 Unit PelaksanaTeknis (UPT) BRSDM yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua pada 8 Juni 2017 pukul 17.00 waktu setempat.“Kegiatan kampanye Lindungi Laut dari Plastik ini merupakan aksi lokal, namun di harapkan akan membawa pesan masyarakat yang lebih luas di lingkup nasional, karena dilaksanakan serempak di 38 lokasi yang tersebar diseluruh Indonesia,” demikian disampaikan Kepala BRSDM, M. Zulficar Mochtar, Rabu (7/6), satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan.“Pesan lindungi laut dari plastik ini sesuai dengan focus World Oceans Day 2017, yakni bagaimana mendorong kepedulian masyarakat untuk lebih aktif menjaga laut dari limbah plastik”, tambahnya.

“Kegiatan kampanye dalam bentuk aksi bersih tidak hanya dilaksanakan di laut dan pantai, namun juga di daerah daratan, tepi sungai, tepi danau, lapangan umum, serta di lokasi sekitar kantor. Kesadaran masyarakat di daratan untuk melakukan reuse, reduce dan recycle plastik perlu ditumbuhkan karena limbah plastik di laut asalnya juga dari daratan”,ungkap Zulficar dalam pesannya kepada UPT BRSDM KP.

Kegiatan aksi kampanye ini juga dilaksanakan oleh pegawai disalah satu UPT BRSDMKP, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros, di teluk Awarenge Kabupaten Barru, dimana lokasi  tersebut merupakan lokasi Insatalasi Pembenihan Udang Windu dan Kepiting Bakau yang dimiliki oleh BRPBAP3. Pada kegiatan aksi ini kepala BRPBAP3 Prof. Dr. Ir. Andi Akhmad Mustafa. MP, didampingi Kepala Tata Usaha Andi Bahtiar, S.St.Pi., dan Kepala Instalasi Pembenihan Udang Windu dan Kepiting Bakau Agus Nawang, S.St.Pi.,juga turut serta dalam aksi tersebut dengan memungut sampah yang ada di teluk Awarenge bersama masyarakat yang berada disekitar lokasi teluk Awerenge.

Dalam kesempatan ini kepala BRPBAP3 megatakan sebagaian besar faktor penyebab pencemaran sampah plastik adalah buruknya manajemen sampah di darat serta aktivitas masyarakat wilayah pesisir atau sebagian kecil sampah berasal dari kapal, dan langkah paling efektif untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan upaya pencegahan untuk mengurangi produksi sampah yang berjenjang dan harus melibatkan beragam pemangku kepentingan  pemerintah untuk menangani hal tersebut”katanya.

Untuk melihat video aksi “Lindungi Laut dari Plastik” yang dilakukan oleh BRPBAP3,dapat dibuka dengan menggunakan youtube pada link https://youtu.be/fNEOSzMUZ64 .

Bertepatan dengan waktu kegiatan di bulan Ramadhan, maka kegiatan dilaksanakan sore hari pukul 17.00 waktu setempat, menjelang waktu berbuka puasa, sehingga masyarakat yang hadir dalam aksi dapat turut berbuka puasa dengan hidangan pembuka yang disiapkan oleh penyelenggara.

Sampah plastik yang terkumpul akan dijual kepada pengepul plastic dan hasilnya disumbangkan kepada Palang Merah Indonesia (PMI) setempat. BRSDM mengajak masyarakat yang turut berpartisipasi dalam aksi untukber-swafoto dan menyebarkan ke media social masing-masing dengan tagar #lindungi laut dari plastik.

Tak hanya UPT, namun Penyuluh Perikanan juga turut berpartisipasi dengan menyampaikan pesan lindungi laut dari plastik kepada kelompok masyarakat yang didampingi, serta siswa sekolah disekitar lokasi tugas penyuluh perikanan.

Beberapa rujukan tentang potensi cemaran dari plastic tersebut diantaranya dirilis World Economic Forum (WEF) 2016 di Davos, Swiss, yang menyatakan bahwa populasi sampah di lautan akan jauh melebihi populasi ikan pada tahun 2050. Laporan Mac Arthur Foundation The New Plastic Economy menyatakan pada 2016 ada 150 juta ton sampah di laut, dengan perkiraan delapan juta ton sampah mencapai laut setiap tahunnya.

Plastik yang dibuang di lautan dapat berakhir sebagai racun di dalam tubuh manusia. Sampah plastik di lautan, terutama yang bersuhu hangat seperti di perairan Indonesia akan mudah melepaskan kandungan kimia beracun. Kimia beracun ini akan diserap atau dimakan oleh biota laut, termasuk ikan dan rumput laut yang menjadi bagian dari rantai makanan manusia sehingga pada akhirnya bahan kimia pada sampah plastik akan meracuni manusia.