KoMa Online, Depok — Pembahasan capaian dan arah kegiatan pemuliaan rumput laut dan kepiting dibahas dalam diskusi terarah yang dilaksanakan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) di Instalasi Litbang Penyakit Depok Jawa Barat pada hari Selasa, 15 November 2016. Amanah Keputusan Menteri no 20 tahun 2015 yang perlu direvisi menetapkan BPPBAP sebagai koordinator jejaring untuk komoditas rumput laut dan kepiting bakau.
Dalam sambutannya, Kepala BPPBAP, Prof Akhmad Mustafa menyampaikan kegiatan pertemuan ini sudah rutin dilaksanakan setiap tahun dimana seluruh anggota jejaring hadir menyampaikan hasil kegiatan dan permasalahan yang ada. “adanya jejaring ini sangat membantu perkembangan budidaya karena yang dibahas adalah aspek teknis dan lapangan. Selain itu anggota jejaring berasal dari beragam lembaga, seperti UPT teknis Ditjen Perikanan Budidaya, UPT litbang, perguruan tinggi dan Dinas KP di Kabupaten”papar Akhmad dalam sambutannya.
“Informasi terkini dari lembaga-lembaga tersebut dari berbagai aspek tentu akan memperkaya dan saling menunjang satu sama lain. Disinilah bukti kongkrit koordinasi antar lembaga bisa berjalan”lanjut Akhmad.
Hadir dalam acara pembukaan, Kepala Balai Litbang Budidaya Air Tawar, Prof Brata Pantjara selaku tuan rumah menyampaikan harapan agar kegiatan jejaring ini dapat terus berjalan dan saling memperkuat lembaga yang menjadi anggota jejaring.
Pertemuan yang dilaksanakan selama sehari tersebut meliputi pembahasan kegiatan jejaring rumput laut dan kepiting bakau. Pemaparan capaian kegiatan untuk jejaring rumput laut disampaikan oleh Siti Fadilah, M.Si dari Loka Litbang Budidaya Rumput Laut. Kegiatan rutin sesuai mandat loka telah dilaksanakan seleksi varietas rumput laut, termasuk jenis-jenis yang belum banyak dibudidayakan.
Selain itu, Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Laut, Mimid Abdul Hamid, M.Sc menyampaikan salah satu tugas penting yang diembannya yaitu melakukan pembinaan dan pendampingan kebun bibit rumput laut hasil kultur jaringan di masyarakat.
“Termasuk penyediaan bibit hasil kultur jaringan untuk masyarakat dan kegiatan perekayasaan teknologi untuk pengembangan”ungkap Mimid. Beliau menambahkan penguatan peran penyediaan bibit kultur jaringan ini maka dijalin kerja sama dengan SEAMEO BIOTROP yang juga merupakan anggota jejaring rumput laut.
Dra. Emma Suryati, M.Si, peneliti utama BPPBAP memberikan gambaran kegiatan litbang rumput laut antara lain kegiatan rekayasa genetika yang meliputi introduksi gen untuk meningkatkan kandungan karaginan dan introduksi gen untuk meningkatkan ketahan terhadap cekaman lingkungan baik biotik maupun abiotik, serta penyakit ice-ice.
Pemaparan dari Dinas KP Kabupaten Brebes disampaikan oleh Kabid Perikanan Budidaya, Iskandar Agung, S.Pi, M.Si yang menekankan bahwa program unggulan di Brebes salah satunya yaitu menghijaukan tambak pesisir Brebes dengan rumput laut Gracilaria.
“Selama ini kerja sama anggota jejaring sudah memberikan tindakan nyata di Brebes. Hasil kultur jaringan dari BPPBAP masih berkembang sejak diintroduksi tahun 2009”jelas Iskandar.
“Bahkan saat ini, telah dirintis juga kerja sama dengan Balai Budidaya di Lombok dan BIOTROP untuk melakukan kajian kultur jaringan terhadap bibit yang berasal dari Brebes”sambungnya. Pemaparan penting lainnya yaitu dari SEAMEO BIOTROP yang dibawakan oleh Erina Sulistiani, M.Si.
Erina menjelaskan bahwa bibit hasil kultur jaringan saat ini banyak permintaan dari Ditjen Perikanan Budidaya dan dari masyakat. Oleh karena itu, saat ini selain dilakukan penelitian kultur jaringan dari hasil seleksi varietas, dilakukan juga kegiatan pengembangan berupa budidaya rumput laut di masyarakat bekerja sama dengan lembaga UPTdan transfer teknologi kepada pengguna.
Pada sesi diskusi terarah tentang jejaring kepiting bakau disampaikan oleh dua institusi yaitu BPPBAP Maros dan Balai Perikanan Budidaya Air Payau yang disampaikan oleh Marwan. Drs. Gunarto, M.Sc, peneliti utama BPPBAP menyampaikan kegiatan litbang kepiting yang telah dilaksanakan.
“Dari segi waktu, diperlukan 160 hari untuk pembenihan sampai pembesaran kepiting hingga panen, sehingga budidaya kepiting dari hasil pembenihan di hatchery bisa diinisiasi di masyarakat”tutur Gunarto. “Bahkan secara faktual, ada pembudidaya di Kabupaten Pangkep yang telah berhasil membudidayakan benih dari Balai hingga ukuran 200 gr per ekor” jelasnya.
Pemaparan dari Marwan, S,Pi dari BPBAP Takalar menekankan bahwa selain komoditas kepiting bakau, telah berhasil dibenihkan juga jenis rajungan. “Kegiatan rutin yang kami lakukan antara lain perekayasaanproduksi benih; pemeliharaan induk / calin induk kepiting bakau dan rajungan. budidaya/pembesaran di tambak dan kawasan mangrove: restocking kawasan penangkapan rajungan” jelas Marwan.
Sebagai moderator yaitu Dr. Andi Parenrengi, peneliti bioteknologi BPPBAP. Turut hadir Dr. Agus Suprayudi dan Dr. Alimuddin dari Institut Pertanian Bogor sebagai evaluator. Dalam rumusan diskusi, Dr. Andi Parenrengi menyampaikan bahwa seleksi varietas rumput laut tetap menjadi kegiatan utama di masing-masing balai dan secara khusus di BIOTROP untuk memacu penyediaan bibit rumput laut kultur jaringan.
“Pada jejaring kepiting, Balai Maros diharapkan mampu meningkatkan produksi pada hatchery baru yang akan selesai tahun ini. Selain itu diharapkan proses sesuai kaidah rilis komoditas dijalankan untuk target rilis kepiting bakau tahun 2018”sambungnya. “Hasil pertemuan jejaring ini akan disampaikan pada pertemuan nasional jejaring pemuliaan ikan yang dilaksanakan hari Rabu, 16/11/2016 di Depok” tambahnya. (ij)
Sumber : (AIJ .”KomaOnline:// Jejaring Pemuliaan Rumput Laut dan Kepiting Ikut Berperan Untuk Peningkatan Produksi Perikanan –18 November 2016)