Disitir dari : http://koranmakassaronline.com
KoMa Online, Makassar — Terobosan akhir tahun dilaksanakan oleh Konsorsium Pusat Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (KP3RL) yang sukses menyelenggarakan International Symposium of Indonesian Seaweed Consortium di Makassar, 25 Oktober 2016. Simposium internasional ini merupakan pertemuan beragam lembaga, para pakar, pengusaha dan pemerhati rumput laut dari berbagai negara.
Ketua konsorsium, Prof. Dr. Ambo Tuwo, DEA, Guru besar Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan Unhas sekaligus dikenal sebagai pakar ekologi kelautan, menyampaikan kegiatan ini merupakan kegiatan rutin KP3RL bekerja sama dengan Balitbangda Sulawesi Selatan, BPPBAP Maros, BPBAP Takalar, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Politani Pangkep, MaCSI Universitas Hasanuddin dan ASPERLI. “Posisi strategis Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra produsen rumput laut telah dikenal oleh dunia, simposium ini akan memperkuat hal tersebut dan banyak membahas strategi operasional agar budidaya rumput laut dapat berkelanjutan dan kesejahteraan pembudidaya dapat meningkat”papar Ambo Tuwo.
Tema kegiatan yang diusung dalam kegiatan tersebut adalah “Seaweed for Food Security Enhancement and Sustainable Development”. Kegiatan tersebut diikuti oleh lebih dari 100 peserta. A.Asmi Citra Malina, Ph.D, selaku ketua panitia memberikan keterangan bahwa kegiatan ini dimulai dengan acara welcoming dinner di rumah jabatan Walikota Makassar dan dilanjutkan acara formal simposium keesokan harinya. Secara resmi, acara dibuka oleh Gubernur Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Kepala Balitbangda Sulsel. Turut hadir dalam acara tersebut, Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Ariestina Pulubuhu yang memberikan sambutan di awal acara.
Simposium rumput laut internasional ini bertabur para pakar dan narasumber yang ahli di komoditas rumput laut dari berbagai aspek. Keynote speaker dari James Cook University Australia, Dr. Nicholas Paul yang membawakan makalah berjudul Diversification of Seaweed Product and Application-from Research to Development of Food and Feed. Nicholas menyampaikan secara mendalam berbagai produk rumput laut yang menjadi end product berupa makanan untuk konsumsi manusia dan bentuk produk lainnya yang lahir dari penelitian pasca panen.
Pakar dari Marine Institute Canada,Cyr Couturier, menyampaikan gagasan tentang Evaluation of Indonesia Seaweed Farming–Future Prospects and Constraints. Selain itu, turut hadir sebagai pembicara utama, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Dan Perikanan, Dr. Ir. Rd. Nilanto Perbowo, M.Sc yang memaparkan mengenai Status Produksi Rumput Laut di Indonesia.Dalam paparannya, Nilanto menekankan bahwa Indonesia memiliki posisi yang strategis untuk pengembangan rumput laut karena hampir seluruh wilayah Indonesia berpotensi untuk pengembangan budidaya rumput laut. “Hanya saja saat ini pengusaha lebih banyak mengekspor bahan baku ke luar negeri, bukan bahan olahan yang memiliki nilai tambah. Kendala yang dihadapi Indonesia untuk memproses rumput laut adalah terbatasnya ketersedian pabrik pengolahan rumput laut pada setiap sentra budidaya, pabrik pengolahan banyak terpusat di pulau Jawa, sementara sentra budidaya banyak terpusat disetiap pulau di wilayah Indoonesia.”tambah Nilanto.
Selain keynote speaker, pada kesempatan tersebut juga hadir invited speaker Engr. Anas Ahmad Nasaruddin dari MARDI Holdings, Malaysia, Prof. Dr. Ir. Ketut Sugama, M.Sc dari BalitbangKP, Dr. Dominik Kneer dari Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research Germany, serta Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA sebagai ketua konsorsium. Keempat invited speaker sepakat bahwa rumput laut merupakan komoditi yang memiliki potensi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, untuk itu pengembangannya sangat memerlukan dukungan dari pemerintah dan pihak yang terkait.
Sebanyak 40 makalah disampaikan secara langsung oleh para pakar, peneliti dan pemerhati rumput laut dan 10 makalah dalam bentuk poster ditampilkan dalam kegiatan tersebut. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros turut berpartisipasi sebagai salah satu anggota konsorsium. Tiga peneliti dari BPPBAP turut menyampaikan makalah hasil penelitian pada pertemuan tersebut. Pada kesempatan yang sama, Dr. Andi Parenrengi, Ketua Kelompok Peneliti Bioteknologi BPPBAP menjelaskan bahwa penelitian rumput laut telah banyak dilakukan di BPPBAP, mulai dari evaluasi kesesuaian lahan budidaya rumput laut hingga penelitian bioteknologi rumput laut yang menghasilkan produk biologi hasil kultur jaringan.
“Tugas dan fungsi litbang rumput laut berada di Loka Litbang Rumput Laut di Gorontalo, sebagai salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan, kita tetap support untuk bersama-sama membawa solusi dari bermacam-macam permasalahan budidaya yang ada di masyarakat”tutur Andi Parenrengi yang juga penulis “Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan Dengan Dukungan Teknologi Penyediaan Benih Secara In Vitro”. Kegiatan ini sangat bermanfaat sebagai sarana diskusi dan bertukar informasi untuk pengembangan rumput laut di Indonesia.