Nila gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapia) dan bias disebut “nila jantan super” adalah salah satu varietas ikan nila karya peneliti Indonesia yang dirilis oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Kepmen No.44/Men/2006, tanggal 14 Desember 2016, nila merah dan nila gesit, keduanya merupakan spesies ikan air tawar. Keduanya memiliki prospek pasar lokal. Penelitian ini dilakukan di Tambak Marana Kab. Maros, Instalasi BRPBAP, menggunakan 4 petak tambak berukuran 2.500 m2. Hewan uji adalah benih nila gesit (2,053±1,303 g/ekor) dengan kepadatan 0,4 ekor/m2 dan tokolan (PL-57) udang windu (0,191±0,197 g/ekor) ditebar dengan kepadatan 1,0 ekor/m2. Perlakuannya adalah polikultur (A) nila gesit dengan udang windu dan (B) nila merah dengan udang windu, dan setiap perlakuan dengan 2 ulangan. Waktu pemeliharaan 98 hari. Penelitian ini bertujuan mendapatkan data dan informasi performansi nila gesit yang dipolikultur dengan udang windu dibandingkan dengan nila merah yang dipolikultur dengan udang windu pada kondisi salinitas rendah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penampilan nila gesit pada budidaya campuran dengan udang windu memperlihatkan produksi 798±36,770 kg/ha dan rasio konversi pakan 0,9±0,042 yang lebih baik dan berbeda nyata dibandingkan dengan penampilan nila merah pada budidaya campuran dengan udang windu dengan produksi dan rasio konversi pakan masing-masing 396±2,828 kg/ha dan 1,315±0,007. Udang windu yang dipolikultur dengan nila gesit menghasilkan produksi yang baik yaitu 117,4±35,384 kg dan berbeda tidak nyata dengan produksi udang windu yang dipolikultur dengan nila merah yaitu: 94,20±18,305 kg/ha. Hubungan ini memperlihatkan sinergitas antara nila gesit dan nila merah yang dipolikultur dengan udang windu. Kualitas air dari ke-2 perlakuan memperlihatkan penyebaran yang relatif sama untuk setiap parameter dengan kelayakan yang baik kecuali kadar garam yang cukup rendah, jika dibandingkan tingkat garam yang optimun untuk udang windu. Analisis finansial memperlihatkan bahwa pendapatan petambak lebih tinggi pada polikultur dengan nila gesit yaitu: Rp.10.650.000,-/ha/musim, dibanding pendapatan petambak pada polikultur dengan nila merah yaitu Rp. 3.050.000,-
Peneliti: Markus Mangampa, Rachmansyah, dan Burhanuddin