Budidaya perikanan terintegrasi yang dikenal dengan integrated multitrophic aquaculture (IMTA) merupakan salah satu kegiatan budidaya tambak yang ramah lingkungan karena komoditas yang dibudidaya dapat memanfaatkan limbah pakan dan ekskresi melalui transfer enerji dan nutrien antar berbagai komoditas perikanan. dapat meningkatkan produktivitas tambak dan mengetahui komposisi ragam organisme yang dapat diintegrasikan pada sistem budidaya multitropik serta dapat memperbaiki kualitas air dan mengurangi mikroorganisme patogen terhadap organisme budidaya. Di harapkan hasil kegiatan dapat meningkatkan produktivitas tambak dan produksi serta mengurangi resiko kegagalan panen terhadap komoditas yang dibudidayakan di tambak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui fluktuasi bakteri d tambak udang sistem integrated multitrophic aquaculture (IMTA). Lokasi kegiatan di Tambak Percobaan Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau, Desa Punaga, Kabupaten Takalar. Komoditas pada masing-masing perlakuan IMTA adalah (A). udang windu intensif, nila, kekerangan dan rumput laut; (B). udang windu semi intensif, kekerangan dan rumput laut; (C) udang vaname intensif, kekerangan dan rumput laut dan (D) udang vaname semi intensif, nila, kekerangan dan rumput laut. Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pengamatan populasi bakteri vibrio dasar tanah tertinggi terjadi pada perlakuan D (1,51.106 CFU/g) dan terendah pada B (3,091.105 CFU/g) dan populasi total bakteri tanah tertinggi terjadi pada perlakuan C (4,25.107 CFU/g) dan terendah pada B (1,408.107 CFU/g). Populasi bakteri vibrio tertinggi pada media air terjadi pada perlakuan C (rata-rata 2,32.106 CFU/ml) dan terendah pada B (2,71.103 CFU/ml) dan total bakteri tertinggi terjadi pada perlakuan C (1,54.106 CFU/ml) dan terendah pada B (1,61.105 CFU/ml).
Peneliti: Brata Pantjara dan Nur Hidayah