Pada budidaya intensif, penggunaan pakan buatan mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi udang vanname, hal ini menyebabkan biaya pakan mencapai 70 % dari total biaya produksi. Penggunaan pakan yang mengandung protein tinggi dalam jumlah banyak akan menyebabkan limbah total amoniak nitrogen (TAN) dalam tambak meningkat dan dapat membahayakan kehidupan udang budidaya. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya dilakukan pergantian air secara reguler dalam jumlah banyak. Namun hal ini dapat memicu terjadinya serangan penyakit terutama jika kondisi kualitas air sumber (laut atau sungai) kurang baik.
Pemanfaatan bioflok pada budidaya udang di tambak, selain untuk mengefesienkan biaya produksi juga mampu meminimalisir resiko serangan penyakit. Hal ini diduga terjadi karena peningkatan total haemosit pada udang yang dibudidayakan jika memanfaatkan bioflok sebagai makanan. Haemosit pada udang berfungsi sebagai sel fagositosis, pengkapsulan, dan pemecah (lysis) sel asing yang ada dalam tubuh udang.
Peneliti: Gunarto, Usman, Abdul Mansyur dan Nur Ansari Rangka